Gerakan Tanam IP 400 di Bantul Dukung Ketahanan Pangan Nasional

share on:
anam Perdana Padi Gerakan Tanam Indeks Pertanian (IP) 400 di lahan pertanian Serot Palbapang, Bantul, Rabu (16/2) || YP-Supardi

Yogyapos.com (BANTUL) - Program ketahanan pangan nasional bagi penduduk berjumlah 272 jiwa mutlak diperlukan hingga ke daerah-daerah. Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah, didukung masyarakat maupun khususnya petani untuk mencukupi kebutuhan pangan berupa beras.

“Salah satu cara yang ditempuh melalui gerakan tanam indeks pertanian (IP) 400 di berbagai daerah,” kata Kepala Balai Besar Peramalan Organisasi Pengganngu Tumbuhan (OPT) Direktorat Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Enie Tauruslina Amurullah, pada Tanam Perdana Padi Gerakan Tanam Indeks Pertanian (IP) 400 di lahan pertanian Serot Palbapang, Bantul, Rabu (16/2/2022).

BACA JUGA: https://www.yogyapos.com/berita-farida-kadus-milenial-yang-gigih-hidupkan-relawan-ketahanan-pangan-1995

Menurutnya, kelebihan dan keuntungan jenis padi ini masa tanamnya relatif pendek yaitu 70 hari atau empat kali panen selama setahun. Selain itu hasil panennya juga normal, mencapai 6 ton per hektar, serta cocok ditanam di bermacam lahan.

Untuk mengupayakan agar program ini bisa berhasil, maka juga diperlukan dukungan ketersediaan Alat Mesin Pertanian (Alsinta), organisasi penganggu tumbuhan, ketersediaan air dan pupuk yang diarahkan ke organik. 

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Pertanian DIY, Ir Sugeng Purwanto MMA, mengatakan ketersediaan pangan harus ada dan terus diupayakan.        

Sedangkan Bupati Bantul H Abdul Halim Muslih, menyatakan, indeks sektor pertanian di Bantul mampu bertahan di masa pandemi Covid-19. Pertumbuhannya juga bisa naik 4 persen di tahun 20221.

BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-altar-89-dorong-pemanfaatan-lahan-tidur-untuk-ketahanan-pangan-2420

“Maka untuk memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan, Bantul akan memanfaatkan lahan-lahan yang kurang pdoduktif digarap menjadi profuktif,” katanya. 

Berbeda denga para pejabat, Jumiran (petani) mengungkapkan hal yang riil bahwa selama ini petani juga mempergunakan pupuk pabrikan yang terkadang terjadi kesulitan untuk mendapatkannya. Mereka berharap keterdiaan pupuk pabrikan dan organik. (Spd)

 


share on: