Yogyapos.com (YOGYA) – Mengenang Presiden Penyair Malioboro Umbu Landu Paranggi, Koperasi Seniman dan Budaywan Yogyakarta akan menggelar serangkaian acara diskusi dan pembacaan puisi, di Yogyakarta Library, Jumat (9/8/2024).
Ketua panitia, Sigit Sugito, mengungkapkan acara ini merupakan kerja bareng Rumah Sastra Evi Idawati, Baleseni Condroradono dan Institut Kahade sebagai masyarakat sastra Yogya. Menghadirkan narasumber antara lain Soeparno S Adhy selaku sahabat Umbu sekaligus pendiri Persada Studi Klub (PSK), Rommy Heryanto (penggerak kebudayaan Yogya Semesta), penyair Evi, Priyo Salim (Enterpreneur perak budayawan Kotagede dan Yuda Wirajaya (Penyair disabilitas mahasiswa ISI Yogyakarta).
BACA JUGA: Menuju Pilkada 2024, PKB dan Partai Gerindra Bantul Teken MoU Cegah Paslon vs Kotak Kosong
“Diskusi ini akan dimoderatori Sarwanto H Swarso mantan wartawan kriminal Yogya Post yang kini berkhidmat sebagai Youtuber dengan dominan konten Angklung Malioboro dan petunjuk praktik pertukangan,” ujar Sigit kepada yogyapos.com, Kamis (1/8/2024).
BACA JUGA: Dugaan Pengeroyokan Sopir Ambulan Muhammadiyah Bergulir ke Polresta Sleman
Sigit menegaskan, Malioboro, sebagai salah satu ikon Yogyakarta, erat pula dengan kehidupan dan perkembangan seni budaya, termasuk sastra. Di tahun 1950-an dikenal “Sastrawan Malioboro” untuk menyebut orang-orang yang kerap hadir, berdialog dan berdiskusi ataupun mempresentasikan karya-karyanya di beberapa ruas jalan Malioboro.
Flayer kegiatan || YP-Ist
Kemudian di akhir tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an dikenal pula Persada Studi Klub (PSK) sebagai kelompok yang berperan besar untuk memunculkan para penyair, yang tidak terbatas dari Yogyakarta saja, melainkan dari berbagai wilayah di Indonesia.
BACA JUGA: Seorang Anak Nekat Mendobrak Kost yang Ditempati Ayahnya Bersama Perempuan Lain
Umbu Landu Paranggi sebagai tokoh utamanya, yang beberapa waktu meninggal dunia, diberi sebutan sebagai Presiden Malioboro. Dua gambaran tersebut, tanpa mengabaikan peran dari berbagi contoh tersebut, menjadi dasar ditahbiskannya Yogyakarta sebagai ibukota sastra/penyair.
BACA JUGA: Tim Sepakbola Putri SDN Ungaran 1 B Kampiun KU 10 Milklife Soccer Challenge Serie 1 2024
Pergantian masa, proses regenerasi terus berlangsung, dan interaksi lintas generasi masih terjalin hingga saat ini. Tercatat puluhan atau bahkan ratusan ribu orang telah menjalani proses kreatif dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan sastra Yogya dan sastra Indonesia.
BACA JUGA: Bergerak ke Tujuh Titik, Tim Gabungan Segel Toko Miras Ilegal di Wilayah Sleman
“Oleh sebab di atas, kusumpekan yang tumpang tindih berbagai kepentingan ekonomi dan nilai-nilai saling bertabrakan, maka kami menyelenggarakan acara ini,” tandasnya.
Sigit berharap acara ini bukan sekadar mengenang, tetapi menginsiprasi kembali bagi generasi kini untuk mendedahkan semangat guyub, inspirastif dan terjaga kesinambungan atmosfer kreatif sesuai perkembangan zaman. (*/Met)